Pages

Thursday, May 27, 2010

Pohon apel

Suatu ketika, hiduplah sebatang
pohon apel besar dan anak lelaki
yang senang
bermain-main di bawah pohon apel
itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke
pucuk pohon, memakan buahnya,
tidur-tiduran di keteduhan rindang
daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat
mencintai pohon apel itu. Demikian
pula pohon apel sangat mencintai
anak
kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak
lelaki itu kini telah tumbuh besar dan
tidak lagi bermain-main dengan
pohon apel itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon
apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo
ke sini
bermain-main lagi denganku,” pinta
pohon apel itu. “Aku bukan anak
kecil
yang bermain-main dengan pohon
lagi, ” jawab anak lelaki itu.”Aku ingin
sekali memiliki mainan, tapi aku tak
punya uang untuk membelinya. ”
Pohon apel itu menyahut, “Duh,
maaf aku pun tak punya uang…
tetapi kau
boleh mengambil semua buah
apelku dan menjualnya. Kau bisa
mendapatkan uang
untuk membeli mainan
kegemaranmu. ” Anak lelaki itu
sangat senang. Ia lalu
memetik semua buah apel yang ada
di pohon dan pergi dengan penuh
suka cita.
Namun, setelah itu anak lelaki tak
pernah datang lagi. Pohon apel itu
kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi.
Pohon apel sangat senang
melihatnya
datang. “Ayo bermain-main
denganku lagi,” kata pohon apel.
“Aku tak punya
waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku
harus bekerja untuk keluargaku.
Kami
membutuhkan rumah untuk tempat
tinggal. Maukah kau menolongku ?”
Duh, maaf
aku pun tak memiliki rumah.
Tapi kau boleh menebang semua
dahan rantingku untuk membangun
rumahmu, ” kata
pohon apel. Kemudian anak lelaki itu
menebang semua dahan dan
ranting pohon
apel itu dan pergi dengan
gembira.Pohon apel itu juga merasa
bahagia melihat
anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki
itu tak pernah kembali lagi. Pohon
apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki
itu datang lagi. Pohon apel merasa
sangat bersuka cita
menyambutnya. ”Ayo bermain-
main lagi denganku,” kata
pohon apel.”Aku sedih,” kata anak
lelaki itu.”Aku sudah tua dan ingin
hidup
tenang. Aku ingin pergi berlibur dan
berlayar. Maukah kau memberi aku
sebuah
kapal untuk pesiar ?”
“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi
kau boleh memotong batang
tubuhku dan
menggunakannya untuk membuat
kapal yang kau mau. Pergilah
berlayar dan
bersenang-senanglah. ”
Kemudian, anak lelaki itu memotong
batang pohon apel itu dan membuat
kapal
yang diidamkannya. Ia lalu pergi
berlayar dan tak pernah lagi datang
menemui
pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi
setelah bertahun-tahun kemudian.
“ Maaf
anakku,” kata pohon apel itu. “Aku
sudah tak memiliki buah apel lagi
untukmu. ” “Tak apa. Aku pun sudah
tak memiliki gigi untuk mengigit
buah
apelmu, ” jawab anak lelaki itu.
“Aku juga tak memiliki batang dan
dahan yang bisa kau panjat,” kata
pohon
apel. ”Sekarang, aku sudah terlalu tua
untuk itu,” jawab anak lelaki itu.”Aku
benar-benar tak memiliki apa-apa
lagi yang bisa aku berikan padamu.
Yang
tersisa hanyalah akar-akarku yang
sudah tua dan sekarat ini, ” kata
pohon
apel itu sambil menitikkan air mata.
“Aku tak memerlukan apa-apa lagi
sekarang,” kata anak lelaki.
“Aku hanya membutuhkan tempat
untuk beristirahat. Aku sangat lelah
setelah
sekian lama meninggalkanmu. ”
“Oooh, bagus sekali. Tahukah kau,
akar-akar
pohon tua adalah tempat terbaik
untuk berbaring dan beristirahat.
Mari,
marilah berbaring di pelukan akar-
akarku dan beristirahatlah dengan
tenang.”
Anak lelaki itu berbaring di pelukan
akar-akar pohon.
Pohon apel itu sangat gembira dan
tersenyum sambil meneteskan air
matanya.

NOTE :
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang
bermain-main dengan ayah dan ibu
kita. Ketika
kita tumbuh besar, kita
meninggalkan mereka, dan hanya
datang ketika kita
memerlukan sesuatu atau dalam
kesulitan. Tak peduli apa pun, orang
tua kita
akan selalu ada di sana untuk
memberikan apa yang bisa mereka
berikan untuk
membuat kita bahagia. Anda
mungkin berpikir bahwa anak lelaki
itu telah
bertindak sangat kasar pada pohon
itu, tetapi begitulah cara kita
memperlakukan orang tua kita.
Dan, yang terpenting: cintailah orang
tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita
sekarang, betapa kita mencintainya;
dan
berterima kasih atas seluruh hidup
yang telah dan akan diberikannya
pada
kita.

Maaf gan repost ^_^

No comments:

Post a Comment