Pages

Friday, September 30, 2011

Rembulanku

Kenapa aku selalu melangkah ke barat?

Mengejar mentari yang selalu lari

Sedang di belakangku ada rembulan yang menjaga ketulusan



Dulu rembulan itu memaparkan cahayanya

Aku dapat rasakan indahnya

Tapi aku tak mengerti maknanya

Iapun kecewa dan pergi



Ku kira ia membuang semuanya

Tapi ternyata tidak



Ingin aku kembali

Memugar semua kesalahan

Dan menghapus kecewa yang pernah ada



Maaf…

Keheningan

Malam terus mengalir, bergerak dan beranjak tua.
Suasana semakin larut.
Mimpi-mimpi sudah berlayar, jauh meninggalkan muara senja.
Kubalikkan badanku di atas pembaringan, tak ada kantuk yang menghampiri.
Yang tersisa hanya sepi, dan aku berteman jasadku sendiri.
Aku tahu kau tampak lelah, setelah siang tadi berjejak-jejak di bawah terik,
memungut serpihan takdir yang terserak.
Pohon kehidupan tak selalu berbuah ranum. Daun-daun tak selamanya rindang.
Kenyataan hanyalah mimpi di atas takdir yang kelam.
Bukankah kemewahan hanya ilusi, ketika semuanya singgah di pelupuk mata, dan tangan kita terhalang pagar untuk memetiknya?
Sudahlah, tak perlu menggugat seperti itu. Kau harus meng-ikhlaskan seluruh
siang dan malammu, pada jalan yg sudah tertulis di buku catatan.
Bukankah sudah kau yakini tentang keabadian? Itulah kebun pembalasan, tempat memanen buah dari benih-benih yg kita tanam.

Maafkan, aku terpaksa menjajahmu. Aku terus menjejalimu dengan berbaris-baris
pertanyaan,yang membuat matamu tidak terkatup.
Semuanya berderet, seperti pohon-pohon di sepanjang perjalanan.
Tapi aku tak bermaksud menyakitimu.
Tentu kau masih ingat,ketika terik menyengat, lalu kuajak kau berteduh di bawah rimbun ranting-ranting perdu.
Dan saat gerimis yang meneteskan butir-butir tangis, kubawa kau menepi di
gubuk persinggahan,lalu kupeluk saat petir menggelegar.
Saat itu, rautmu begitu pucat dan ketakutan.

Hanya di hening malam, aku bisa memandang wajahmu, sambil mengenang
waktu yang telah hilang. Aku telah mengenalmu lebih dari seumur siang.
Setiap langkah adalah selembar kisah. Lalu musim merangkumnya dalam celah-celah ingatan. Semuanya masih kusimpan. Beberapa lembar telah hilang, mengering bersama ranting, saat kemarau terbit di halaman depan.

Waktu memang terlalu angkuh, bagi sebuah umur yang mulai rapuh.
Bayang-bayang perpisahan semakin nyata. Derap kematian berdetak bersama jejak dan tapak-tapak.
Adakah kau tahu,sedang melangkah kemana? Ikatkanlah arahmu pada
selembar sajadah, karena sesungguhnya waktu perlahan-lahan pudar dan begitu tersamar.

Hening
Hanya angin yang terdengar gemuruh
Seperti berlari jauh,tersungkur dan jatuh
Luruh
Senyap ditelan subuh

Sepenggal Catatan Perjalanan Ku

malam semakin menunjukkan taringnya, dengan tikaman dingin yang menyentuh pundak dan kedua kakiku, yang tanpa alas, melangkah menyusuri jalan setapak lembah. jalan yang sering kulalui, ketika rembulan berubah warna menjadi merah saga. netraku menatap liar di heningnya malam, menatap setiap sudut waktu yang berkelebat hitam dan pongah, di sela pepohonan yang entah telah berumur berapa puluh tahun. bayang-bayang yang berkelebat cepat dan hitam menyeruak di sela dedaunan, dan sekonyong-konyong telah berdiri di hadapanku.
“siapa kau ...” tanyaku di balik ketakutan dan ketidaktahuanku
“aku adalah hitammu, sebuah ilusi dari perjalanan panjang dan makar-makar yang telah melingkupi jiwa bebalmu” jawabnya enteng, sembari menyeringai, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang mengkilat di kegelapan malam.
aku hanya dapat terhenyak dan menatapnya dengan segudang tanda tanya
“jangan tanyakan lagi siapa aku ?” ucapnya tiba-tiba seakan tahu apa yang melintas di kepalaku
“aku adalah dirimu” tandasnya lagi
aku hanya terdiam
“aku tahu semua yang melintas dikepalamu” kembali ucapannya membuatku terdiam dan diam.
tak ada lagi kata setelah itu, aku dan dia terdiam di heningnya malam, diantara desah dedaunan yang bersenandung dihempas dingin dan angin lembah yang bersiul lirih.

malam semakin mengelam, ketika tanpa kusadari, sosok itu tak ada lagi disisiku, aku tertinggal sendiri, di sebuah batu cadas, dimana rembulan saga dapat kupegang dengan tangan lusuh ini.
“fahamkan aku ...”ungkapku lirih pada rembulan saga yang menyunggingkan senyum tanpa makna
“kenapa diam saja ...” tanyaku
tak ada jawab
“fahamkan aku ... tolonglah ...” pintaku sekali lagi
tetap tak ada jawab, yang ada hanya sunggingan senyum itu, semakin lebar dan lebar
“perjalananku telah panjang, sangat panjang, pun seribu makna telah kutimang dalam dekapan waktuku” ucapku sembari melipat kedua kakiku dan duduk tanpa alas di atas batu cadas, pun sang bayu seakan ingin membunuhku dengan hembusan dinginnya.
“perjalananku telah panjang bulan, temaram senja hingga buncah gurat pagi mewarnaku di setiap waktu, namun kosong jua yang terangkum dalam setiap langkahku” ucapku lagi
“aku tak berarti ...”
“tidak berarti ...”
“bahkan untuk sebuah kematianku sekalipun”
“serta untuk sebuah penilaian telapak kakikupun, aku tak berarti”

tawa itu terdengar sontak membahana di antara dedaunan yang mengelilingiku, tawa sang rembulan saga
“baru sadar kawan ...?”
keningku berkerut
“tak perlu berkerut seperti itu” tandasnya
“kaupun tak mengenal siapa dirimu” ucapnya
“maksudmu” tanyaku
“ya ... kau tak mengenal dirimu, karena kaupun tak tahu, ada apa denganmu?, apa yang melintas dibenakmu?, mengapa melintas? dan kenapa itu terlintas?” bertubi tanya itu menyerangku.
aku hanya dapat terdiam lama di keheningan, karena kusadar, apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran.
“aku tak tahu siapa diriku?” capku sendiri sembari mengangguk

pukul 02.46 wita

kususuri kembali jalan setapak yang tadi kulalui untuk kembali menuju tempat peristirahatanku, sambil memikirkan dengan keras, tanya-tanya rembulan saga atasku.
diamku dalam perjalananku, membuatku semakin jauh meninggalkan batu cadas dan pun tempat tujuanku
“aku sekarang ada dimana” tanyaku pada sebatang pohon pisang yang tegak dihadapanku
“jangan tanyakan aku ... karena sepanjang hidupku, aku hanya ada disini” jawabnya singkat
“dimana aku sekarang” tanyaku pada seekor kucing yang telah tertabrak dan mati, entah kapan.
tak ada jawab darinya
“tolong katakan padaku kawan, dimana aku” tanyaku kembali pada riak air sungai yang mengalir
“lihat aku kawan, sepanjang hidupku, inilah yang aku tahu, dari hulu ke hilir, atau sebaliknya, maafkan aku yang tak dapat membantumu” jawabnya kemudian.

perlahan, kuremas kepalaku yang kembali terserang sakit kepala, migrain.
“ahhhhhh ...” desahku
“lebih baik kurebahkan saja tubuh lusuh ini, diatas perahu itu, melepas penat dan biarlah aku hanyut bersamanya di riak air sungai ini” ujarku sembari merebahkan badanku di atas perahu, yang terlebih dahulu, telah kulepaskan tambatannya di dermaga.

terlarunglah aku ...
dalam ketidak tahuanku akan diriku

My Golden Pen..

Tertuang dalam lembaran putih, bait demi bait asa

pena emasku yang mencurahkanya

waktu terus bergulir, rangkaian aksara tetap terlena

dalam buaian pena emas dan lembaran bermakna



Estetika kerinduan dalam diam dan sunyi

pena emasku masih tetap menari

menggoreskan untaian-untaian asa tersirat

meski terbalut waktu yang tidak bersahabat



Hingga kini

pena emasku masih mengalirkan asa demi asa

sejuta liric tanpa irama dari setetes tinta yang jatuh

meski dalam kidung tanpa suara

pena emasku tetap setia dengan asa dan lembaran putihnya....

Kosong

ketika kau menghamba pada fantasi
lena pada raung angan-angan tentang kebahagiaan
tanpa susah payah meraihnya
mencari kesenangan
mendapat kesenangan
hidup dalam kesenangan
lalu terbunuh oleh kesenangan
tak sadar akan batas usia yang memaksa kita untuk bergerak dan terus bergerak
mencari yang berarti
mengartikan diri sendiri
memberikan banyak arti kepada banyak diri
sampai saat dimana diri tak lagi mampu bergerak
tinggalah arti yang berarti

tapi, jika disuapi dan terus disuapi
lebih malas dari seorang pemalas
berpangku tangan pada lain yang belum tentu abadi
menunggu kehidupan yang tak pernah mau ditunggu
tak pernah ada kehidupan di kehidupan seperti itu
hanya jasad tanpa ruh
kosong
hidupmu kosong
seperti bangkai berjalan
bangkai bernafas
bangkai sebelum benar-benar menjadi bangkai
busuk sebelum waktunya membusuk
karena kenyataan tak pernah dapat bagian
untuk sekedar mengingatkan
atau bahkan diperjuangkan
mimpi hanyalah sebatas mimpi
bukan sepatu berpegas
yang semakin kuat kita injak
semakin tinggi lompatannya
pun semakin jauh langkah kaki mencakup jarak

aku berbelas kasihan padamu
karena mungkin selama ini
kau berjalan dengan menaiki pundak ibu bapakmu
namun jika saatnya tiba mereka melepasmu berjalan sendiri
untuk sekedar berdiri sendiripun
kau tak akan pernah sanggup

Monday, September 26, 2011

For The Rest Of My Life..

I praise Allah for sending me you my love
You found me home and sail with me
And I`m here with you
Now let me let you know
You`ve opened my heart
I was always thinking that love was wrong
But everything was changed when you came along
OOOOO
And theres a couple words I want to say
For the rest of my life
I`ll be with you
I`ll stay by your side honest and true
Till the end of my time
I`ll be loving you. loving you
For the rest of my life
Thru days and night
I`ll thank Allah for open my eyes
Now and forever I I`ll be there for you
I know that deep in my heart
I feel so blessed when I think of you
And I ask Allah to bless all we do
You`re my wife and my friend and my strength
And I pray we`re together eternally
Now I find myself so strong
Everything changed when you came along
OOOO
And theres a couple word I want to say
For the rest of my life
I`ll be with you
I`ll stay by your side honest and true
Till the end of my time
I`ll be loving you. loving you
For the rest of my life
Thru days and night
I`ll thank Allah for open my eyes
Now and forever I I`ll be there for you
I know that deep in my heart now that you`re here
Infront of me I strongly feel love
And I have no doubt
And I`m singing loud that I`ll love you eternally
For the rest of my life
I`ll be with you
I`ll stay by your side honest and true
Till the end of my time
I`ll be loving you.loving you
For the rest of my life
Thru days and night
I`ll thank Allah for open my eyes
Now and forever I I`ll be there for you
I know that deep in my heart

"It used to be my passion, but now it's only merley a song"