Pages

Friday, December 23, 2011

Dibalik Cinta Dalam Diam

Dibalik cinta dalam diam

aku belajar mencintai dengan tulus, ikhlas, dan karena-Nya

dibalik cinta dalam diam

aku belajar sabar dan berserah diri pada-Nya

dibalik cinta dalam diam

aku belajar menghormati hijabmu dan menjaga pesona permata hatimu

dibalik cinta dalam diam

tersimpan cinta yang begitu istimewa dan selalu berharap atas ridha-Nya

Saturday, December 3, 2011

Siang Disebuah Jalan

Siang di sebuah jalan, di bawah papan iklan raksasa yang melintang, seorang wanita menggandeng tangan anak gadisnya. Sudah lima belas menit mereka ada di sana, di atas pembatas yang membagi jalan itu menjadi dua belantara liar dengan ratusan kendaraan yang menyerupai hewan kelaparan berlarian memburu mangsa. Belantara di belakang mereka, sudah berhasil di lalui lima belas menit yang lalu, setelah hamper setengah jam menunggu. Itupun masih menyisakan debaran jantung karena sebuah motor yang melintas dengan cepat hampir saja menabrak mereka tadi, masih pula disertai makian dari si pengemudi.



“Ima takut, Bu.”



Ima, anak gadis, itu merapat ke tubuh ibunya. Di tangan kirinya digenggam sebuah tas plastik berisi baju yang baru saja dibelikan oleh ibunya di pasar tadi. Bukan baju yang mahal, tapi dia senang sekali, dia memilihnya sendiri tadi. Hari ini genap dua belas tahun usianya, dan baju itu adalah hadiah ulang tahunnya. Wanita itu merasakan ketakutan anaknya melihat belantara di depan matanya, dia tidak ingin menambahnya dengan memperlihatkan ketakutannya. Sebagai seorang ibu dia sungguh ingin merasa anak gadisnya itu merasa terlindung di dekatnya.



“Jangan takut, nduk. Sebentar lagi juga kita bisa menyeberangi jalan ini. Lalu nanti sampai di rumah kau bisa coba bajumu itu. Pasti kau cantik sekali dengan baju baru itu.”



Anak gadis itu bisa sedikit tersenyum, tapi ketakutan masih terlukis di wajahnya. Dia bertanya-tanya, tak bisakah sehari saja, di hari ini, hari ulang tahunnya, semua kendaraan itu mau berhenti dan memberi jalan bagi dia dan ibunya. Dia merasa seharusnya dia layak mendapatkannya, seperti mendapatkan baju baru dari ibunya.



Tapi tentu saja mobil-mobil itu bukan ibunya, juga motor-motor itu. Mereka tak merasa perlu memberi jalan pada anak gadis itu, lagipula mereka juga tak tahu kalau anak gadis itu berulang tahun bukan? Tak perlu, tak tahu dan tak mau tahu. Mereka juga punya kepentingan masing-masing yang mungkin tak kalah penting hingga harus memacu kendaraannya secepat itu, se-tak perduli itu.



Bukankah mereka adalah sekawanan hewan kelaparan yang berlari untuk memburu mangsa, tak ingin jika mangsa itu lepas karena lari mereka terlalu lambat? Wanita bersama anak gadisnya itu tentu saja juga tak bisa melihat atau mendengar alasan-alasan di benak mereka.



“Mungkin kita harus mengatakannya, Bu.”



“Mengatakan apa?”



“Mengatakan ke mereka kalau kita sudah menunggu lama untuk menyeberang. Kalau kita tidak mengatakannya mereka kan tidak akan tahu. Katakan juga kalau aku sedang berulang tahun, mungkin itu akan membuat mereka mau memberi jalan.”



Sang ibu tersenyum, “Mereka kan bisa melihat kita, tanpa harus diberi tahu seharusnya mereka sudah tahu kalau kita akan menyeberang. Lagipula bagaimana cara mengatakannya? Lihat, mereka kan melaju dengan sangat cepat, suara kita juga tak akan bisa mengalahkan bunyi mesin-mesin itu. Tunggulah dulu sebentar, nduk. Sabar ya…



Sabar.”



Kata-kata itu seperti juga ditunjukkan bagi dirinya sendiri. Ia juga sebenarnya mulai tak sabar melihat rentetan kendaraan berkecepatan tinggi yang tanpa jeda. Traffic light terdekat berjarak hampir satu kilo-meter sehingga jeda kosong antar barisan kendaraan sudah hilang imbasnya pada lokasi tempat mereka akan menyeberang.



Setelah lima belas menit lagi berlalu, wanita itu mulai putus asa.



“Ya, mungkin kita perlu mencobanya ..”, gumamnya lirih. Sang anak tidak mendengarnya dan gumaman itu memang tidak benar-benar ditujukan untuknya. Lalu wanita itu melepas gandengannya, membungkuk sambil mengelus kepala anaknya, “Tunggu dulu di sini ya nduk. Ibu akan mencoba mengatakannya pada mereka.”



“Tapi .. bagaimana caranya, Bu?”



Mata anaknya yang kebingungan tiba-tiba saja menimbulkan dorongan yang sangat kuat bagi wanita itu untuk memeluknya. Erat memeluknya.



“Selamat ulang tahun, nduk .. Ibu sayang kamu.”