Pages

Thursday, May 27, 2010

Magy

Semuanya itu disadari John pada
saat dia termenung seorang diri,
menatap kosong keluar jendela
rumahnya. Dengan susah payah ia
mencoba untuk memikirkan
mengenai pekerjaannya yang
menumpuk. Semuanya sia-sia
belaka.
Yang ada dalam pikirannya hanyalah
perkataan anaknya Magy di suatu
sore sekitar 3 minggu yang lalu.
Malam itu, 3 minggu yang lalu John
membawa pekerjaannya pulang.
Ada rapat umum yang sangat
penting besok pagi dengan para
pemegang saham.
Pada saat John memeriksa
pekerjaannya, Magy putrinya yang
baru berusia 4 tahun datang
menghampiri, sambil membawa
buku ceritanya yang masih baru.
Buku baru bersampul hijau dengan
gambar peri. Dia berkata dengan suara manjanya, "Papa lihat!" John
menengok kearahnya dan berkata,
"Wah, buku baru ya?" "Ya Papa!"
katanya berseri-seri, "Bacain dong!"
"Wah, Ayah sedang sibuk sekali,
jangan sekarang deh", kata John
dengan cepat sambil mengalihkan
perhatiannya pada tumpukan kertas
di depan hidungnya.
Magy hanya berdiri terpaku
disamping John sambil
memperhatikan. Lalu dengan
suaranya yang lembut dan sedikit
dibuat-buat mulai merayu kembali
"Tapi mama bilang Papa akan
membacakannya untuk Magy".
Dengan perasaan agak kesal John
menjawab: "Magy dengar, Papa
sangat sibuk. Minta saja Mama
untuk membacakannya". "Tapi
Mama lebih sibuk daripada Papa"
katanya sendu. "Lihat Papa,
gambarnya bagus dan lucu." "Lain
kali Magy, sana! Papa sedang
banyak kerjaan."
John berusaha untuk tidak
memperhatikan Magy lagi. Waktu
berlalu, Magy masih berdiri kaku
disebelah Ayahnya sambil
memegang erat bukunya. Lama
sekali John mengacuhkan anaknya.
Tiba-tiba Magy mulai lagi "Tapi Papa,
gambarnya bagus sekali dan
ceritanya pasti bagus! Papa pasti
akan suka". "Magy, sekali lagi Ayah
bilang: Lain kali!" dengan agak keras
John membentak anaknya.
Hampir menangis Magy mulai
menjauh, "Iya deh, lain kali ya Papa,
lain kali". Tapi Magy kemudian
mendekati Ayahnya sambil
menyentuh lembut tangannya,
menaruh bukunya dipangkuan sang
Ayah sambil berkata "Kapan saja
Papa ada waktu ya, Papa tidak usah
baca untuk Magy, baca saja untuk
Papa. Tapi kalau Papa bisa, bacanya
yang keras ya, supaya Magy juga
bisa ikut dengar".
John hanya diam. Kejadian 3
minggu yang lalu itulah sekarang
yang ada dalam pikiran John. John
teringat akan Magy yang dengan
penuh pengertian mengalah. Magy
yang baru berusia 4 tahun
meletakkan tangannya yang mungil
diatas tangannya yang kasar
mengatakan: "Tapi kalau bisa
bacanya yang keras ya Pa, supaya
Magy bisa ikut dengar". Dan karena
itulah John mulai membuka buku
cerita yang diambilnya, dari
tumpukan mainan Magy di pojok
ruangan.
Bukunya sudah tidak terlalu baru,
sampulnya sudah mulai usang dan
koyak. John mulai membuka
halaman pertama dan dengan suara
parau mulai membacanya. John
sudah melupakan pekerjaannya
yang dulunya amat sangat penting.
Ia bahkan lupa akan kemarahan dan
kebenciannya terhadap pemuda
mabuk yang dengan kencangnya
menghantam tubuh putrinya di
jalan depan rumah. John terus
membaca halaman demi halaman
sekeras mungkin, cukup keras bagi
Magy untuk dapat mendengar dari
tempat peristirahatannya yang
terakhir. Mungkin...
JANGAN JADIKAN DIRI ANDA
SEPERTI JOHN, SAAT SEMUANYA
TERJADI,PENYESALAN SUDAH
SANGAT TERLAMBAT...... LAKUKAN
SESUATU SEBELUM ANDA
TERLAMBAT UNTUK
MENYADARINYA, BERIKANLAH
KEBAHAGIAAN BAGI MEREKA YANG
ANDA CINTAI. APAKAH ANDA
BENAR-BENAR MENCINTAI MEREKA?

No comments:

Post a Comment