Pages

Thursday, June 3, 2010

Memaafkan..

Kehidupan kita senantiasa diwarnai
oleh riak-riak. Seringkali dalam
perjalanan hidup, kita mengalami
konflik dengan orang lain, saudara
kita maupun sahabat-sahabat kita.
Masalah yang memicu konflik bisa
saja suatu hal kecil, perbedaan
kepentingan maupun perbedaan
cara berpikir. Konflik yang ada
awalnya mungkin hanya
menimbulkan kejengkelan,
kekesalan dalam hati. Akan tetapi,
setelahnya, ego dalam diri mulai
bekerja, mencari-cari pembenaran
bagi diri sendiri; mencari-cari
kesalahan dari orang yang kita tidak
sukai tersebut. Lama-lama yang kita
pikirkan tentang orang tersebut
hanyalah kejelekan-kejelekannya.
Kita semakin terbutakan oleh ego
dan kebencian kita; kita terus
memendamnya dalam hati kita,
dalam ingatan kita.
Ada kata-kata bijak Tiongkok kuno
yang menyatakan Kerelaan
Memaafkan adalah Kemuliaan Hati
Terbesar. Anda mungkin berpikir
bahwa orang tersebut dapat berkata
demikian lantaran dia tidak sedang
diliputi kejengkelan dan kebencian;
ketika dia sendiri yang mengalami
konflik dan ketidaksukaan, mungkin
dia juga tidak akan bisa rela
memaafkan. Ada benarnya,
memang.
Tapi pernahkah kita merenungkan
bahwa pemendaman rasa marah,
jengkel maupun benci hanya
merusak batin kita sendiri? Juga
merusak kesehatan kita. Pernahkah
kita merenungkan betapa langkanya
kesempatan untuk memaafkan itu?
Pernahkah terlintas dalam pikiran
kita kalau orang yang kita benci atau
jengkel itu juga sebenarnya punya
kesulitan-kesulitan tersendiri?
Pernahkah kita belajar untuk
mencoba memahaminya?
Rasa marah, jengkel, benci…
Sadari…, perlahan…Mungkin…, suatu
masa…, kita akan menyadari
bodohnya sikap kita yang
tercengkram oleh perasaan tidak
suka tersebut.
Mungkin…, bahkan ketika kita
tersadar dan ingin sekali memaafkan
orang-orang tersebut, semuanya
sudah terlambat.

No comments:

Post a Comment