Dikenal banyak orang, tapi mudah berlalu
Indahmu hanya dari kejauhan
Begitu kudekati, kau tak mampu kupanjat
Aku menyebutmu cemara dibukit tertinggi
Mungkin hanya sebuah pohon taman yang berdiri diatas bukit
Saat angin menyentuhmu kau tenang tak bergoyang
Indahmu hanya dalam kejauhan
Namun ketika semakin dekat, gugur daunmu satu-persatu
Aku menyebutmu cemara yang tak berdaya
Saat kemarau tiba
Cemaraku pernah kering, gugur dan tak berembun
Begitu kembali datangnya musim penghujan
Kau tetap cemara yang tak berdaya
Harus bagaimana ku menalar indahmu?
Sedang, Air mataku telah mengalir tiada henti
Ku ingin menyudahi penderitaan ini
Namun aku bingung, cara apa yang pantas untuk merawatmu?
Haruskah aku berjalan sendiri?
Mengarungi beban hidup yang berliku
Sedangkan liku perjalananku telah tandus tanpa hias cemaramu
Sebenarnya setiap aku menatapmu aku selalu merasa kesejukan
Melihat kau kokoh dipuncak-puncak tertinggi, aku terkuatkan
Namun Kasih, Sayang dan Rindu seperti embun yang menghilang
Cemaraku…… embun ini adalah
Cinta yang menyakitkan untuk mu
Cinta yang mencampakan dirimu
Bahkan cinta yang tandus, kering dan tak terawat untukmu
Diammu membuatku paham, kokohmu membuatku mengerti
Mungkin naluriku benar, diri ini tak pantas lagi menyandingmu
Cemaraku…… Kau indah dalam kejauhan, dan begitu dekat dalam ingatan
Tapi tetap saja ku tak dapat menemukan bungamu yang tak kering dan berjatuhan
Sungguh tak kubayangkan jika semua terjadi
Aku hanya ingin jiwa ini berguna
bukan menyakitimu, apalagi sampai membuat mu menderita
Cemaraku… Aku ikhlas…
kelak kau akan tahu
kelak kau akan mengerti
Kau akan terhiaskan oleh elegi yang abadi
Kau akan subur dengan tanpaku
biarkan airmata ini menyiram akar kuatmu
Dan menjadi kesudahan yang terkenang
Cemaraku… Aku berdoa kelak kau tumbuh subur dibukit tertinggi
Yang kan meraih beningnya embun yang abadi
Aku hanya bisa menatapmu dan melihat indahmu dan tak pernah memahamimu
Kasih sayang ini milikmu..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment